Senin, 09 Juli 2012

Pengaruhi Orang Lain


Pengaruhi Orang Lain,  by Romi Satria Wahono

Saya bukan orang yang berpengaruh, itu sudah pasti, karena saya tidak punya apa-apa? Bukan konglomerat, bukan pejabat elit, tapi saya hanya seorang PNS golongan rendah di sebuah lembaga bernama LIPI ;). Yang pasti ada yang menarik, bahwa sebenarnya orang lain terpengaruh dengan kita, bukan hanya karena kedudukan atau kekayaan kita, tapi masih banyak faktor lain sehingga sampai pada kondisi dimana kita bisa mempengaruhi orang lain. Bahasa gampangnya, bagaimana sih cara mempengaruhi orang lain? Itu yang akan kita bahas kali ini. Ambil nafas dulu dan klik

Bagaimanapun juga pemahaman terhadap teknik mempengaruhi (influence tactics) orang lain menjadi satu spektrum penting, tidak hanya untuk seorang politikus, tetapi juga untuk para pemimpin baik formal maupun informal, pelatih bola, saleman, dan juga diperlukan bagi para pedjoeang IT yang sedang dalam usaha memperdjoeangan ide-idenya ;) . Usaha mengubah sikap, opini, dan perilaku orang lain (target person) dalam satu kerangka proses yang fitrah, smooth dan tanpa pertentangan, adalah muatan penting dari taktik atau teknik mempengaruhi.

Sebenarnya taktik mempengaruhi orang lain telah diformulasikan oleh banyak pakar dan peneliti, tentu bukan di desain untuk mempengaruhi orang dalam perbuatan kejahatan ;) . Pelakunya diharapkan tetap ada dalam rel kebenaran, dan diimplementasikan ke dalam spektrum berpikir menuju kepemimpinan yang efektif (effective leadership). Misalnya dalam manajemen organisasi, dimana seorang manajer dituntut untuk mengajak seluruh elemen organisasi bersama-sama dalam menyelesaikan permasalahan organisasi, menuju tujuan organisasi yang ingin dicapai. Seorang pelatih dan manajer bola yang memimpin pemain-pemain kelas dunia dan ingin mereka semua bisa bersatu, berdjoeang memenangkan pertandingan.

Beberapa teori dan formulasi tentang taktik atau teknik mempengaruhi telah bermunculan sejak 20 tahun yang lalu (Kipnis-1980; Schriesheim-1990; Yukl-1992, Ferris-1997). Dari perseteruan pendapat yang ada, boleh dikata yang banyak diterapkan dan dimutasikan dalam penelitian lanjutan adalah metode Influence Behavior Questionanaire (IBQ). Suatu metode yang dikembangkan oleh peneliti yang bernama Gary Yukl (1992), professor di University at Albany, Amerika. Metoda IBQ memformulasikan 9 strategi dan teknik mempengaruhi orang lain.

*  Rational Persuasion: Adalah siasat meyakinkan orang lain dengan menggunakan argumen yang logis dan rasional. Seorang dokter yang memberi nasehat kepada pasien yang perokok berat, dengan menjelaskan efek buruk merokok bagi paru-paru dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa para perokok lebih rentan menderita penyakit kronis lain. Adalah salah satu contoh rational persuasion ini.
    
*  Inspiration Appeals Tactics: Adalah siasat dengan meminta ide atau proposal untuk membangkitkan rasa antusias dan semangat dari target person. Contoh nyata penerapannya adalah, seorang menteri yang membawahi departemen komunikasi dan informasi (kominfo), yang membuka kesempatan kepada seluruh komunitas IT untuk membuat proposal dan ide tentang pengembangan e-government di suatu negeri.
   
*  Consultation Tactics: Terjadi ketika kita meminta target person untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang kita agendakan. Misalnya adalah menteri kominfo diatas yang kembali berkonsultasi kepada seluruh komunitas IT di suatu negeri dalam upaya mengajak partisipasi aktif dalam implementasi cetak biru e-government yang telah diproduksi oleh departemennya.
    
*   Ingratiation Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berusaha untuk membuat senang hati dan tentram target person, sebelum mengajukan permintaan yang sebenarnya. Sendau gurau seorang salesman terhadap langganan, pujian seorang pimpinan terhadap bawahan sebelum memberi tugas baru, ataupun traktiran makan seorang partner bisnis adalah termasuk dalam ingratiation tactics ini.
    
 *   Personal Appeals Tactics: Terjadi ketika kita berusaha mempengaruhi target person dengan landasan hubungan persahabatan, pertemanan atau hal yang bersifat personal lainnya. Kita bisa mengimplementasikannya dengan memulai pembicaraan misalnya dengan, “Budi, saya sebenarnya nggak enak mau ngomong seperti ini, tapi karena kita sudah bersahabat cukup lama dan saya yakin kamu sudah paham mengenai diri saya …”
    
*   Exchange Tactics: Adalah mirip dengan personal appeal tactics namun sifatnya adalah bukan karena hubungan personal semata, namun lebih banyak karena adanya proses pertukaran pemahaman terhadap kesukaan, kesenangan, hobi, dsb. diantara kita dan target person.
    
 *  Coalition Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berkoalisi dan meminta bantuan pihak lain untuk mempengaruhi target person. Strategi kemenangan karena jumlah pengikut dipakai dalam siasat ini.
   
*   Pressure Tactics: Terjadi dimana kita mempengaruhi target person dengan peringatan ataupun ancaman yang menekan. Seorang komandan pasukan yang memberi ancaman penurunan pangkat bagi prajuritnya yang mengulangi kesalahan serupa. Adalah contoh implementasi pressure tactics ini.
    
*   Legitimizing Tactics: Adalah satu siasat dimana kita menggunakan otoritas dan kedudukan kita untuk mempengaruhi target person. Presiden yang meminta seorang menteri untuk menyusun rancangan undang-undang, kepala sekolah yang meminta guru menyusun kurikulum pendidikan adalah beberapa contoh penerapan legitimizing tactics.

Istriku, Maafkan Aku



Mungkin ada benarnya, perempuan itu lebih cepat dewasa daripada lelaki. Setidaknya aku banyak belajar 
pada kesabaran istriku ketika menapaki tahun-tahun awal pernikahan.

"Assalaamu'alaikum," Kata-kataku tak terlalu ramah. Wajahku kusut. Badanku capek. Yang paling berat, 
jiwaku amat lelah.

"Wa 'alaikumus salam ...," jawab istriku sambil menghampiri pintu, sun tangan dan mengambil tas sekolahku. Kali ini tak ada kecup mesraku. Entah kenapa beku rasa hatiku. Bahkan keramahan istriku tidak menggelitik syaraf-syarafku untuk tersenyum.

"Kenapa ...?" Itu saja yang keluar dari mulut istriku, melihat reaksiku yang tidak seperti biasanya. Lalu dia beranjak ke tempat tas sekolahku biasa disimpan.

Aku bisa merasakan tentu dia merasakan keanehan sikapku sore ini. Mestinya aku bisa cepat berganti peran, melupakan berbagai himpitan persoalan di kampus atau persoalan lain di luar rumah. Tapi aku tak bisa menguasai diriku. Aku seolah sedang terbang dengan egoku. Aku cuek dengan sekelilingku, bahkan terhadap istriku yang saat ini sedang dilanda bingung.

"Akang capek ... Mau tidur dulu!" Betapa ketusnya ucapan itu keluar.

"Mau langsung tidur, enggak makan dulu? Udah dimasakin capcay lho," Kata-kata istriku masih seramah tadi. Capcay, pikirku. Makanan kesukaanku. Tapi saat itu enzim-enzim perasa lidahku pun seolah ikut lelah. Selelah hatiku.

"Enggak lapar Neng," Aku melangkah begitu saja ke kamar tidur meninggalkan istriku.

"Ya sudah, kalau capek mangga ditidurkan dulu. Nanti jika kebangun malam, masakan ada di meja ya ...," kata istriku, masih dengan nada lembut. Tapi justru kata-kata lembut itu makin menyiksaku. Hati yang sesaat 
sakit memang terlalu kasar untuk bisa mengapresiasi kelembutan.

Masih dengan baju lusuh yang dipakai seharian tadi, aku menjatuhkan badanku ke ranjang. Berbagai rasa aneh berkecamuk di hatiku. Aku merasakan betapa kekanak-kanakan sikapku. Bagaimana mungkin aku bersikap seperti ini? Tapi lagi-lagi egoku mengalahkan segala kewarasan untuk bersikap. Aku mencoba memejamkan mata. Gagal. Beberapa menit aku coba untuk benar-benar tidur. Masih gagal. Setelah berkali-kali badan bolak-balik di tempat tidur. Berganti-ganti posisi antara memeluk guling, terlentang, telungkup, akhirnya aku tertidur.

Aku merasa pegal. Otot-otot sekitar leher dan punggungku terasa agak tegang. Aku terjaga. Sambil beradaptasi dengan cahaya lampu tidur yang agak redup, aku mencoba membaca jarum jam di lengan kananku. Hmm, jam sebelas. Ya ampun, perutku keroncongan. Aku coba mengingat, kenapa aku merasa lapar. Sekelebat aku ingat capcay. Ya, istriku bilang dia masak capcay.

Istriku. Dengan refleks aku lekas mencari wajah istriku. Dalam keremangan aku bisa melihat dia tidur pulas. Wajah itu begitu teduh. Tapi mengapa wajahnya nampak seperti menyimpan lelah. Pikiranku terseret ke suasana sore tadi. Ya Allah, apa yang sudah aku lakukan? Astagfirullah. Aku masih menatap lelah di wajah istriku. Tidak seperti bisanya, tak ada gurat sumringah pada wajahnya saat tidur kali ini.

Maafkan aku, sayang, aku kehilangan kontrol sore tadi. Dan lelah wajahnya menghadirkan bayangan-bayangan keramahan dan kelembutannya saat dia menyambutku, yang tiba-tiba bersikap aneh sore tadi. Beribu penyesalan berkecamuk di dadaku. Tak terasa ada setetes dua tetes air mata di ujung kelopak mataku. Maafkan aku, sayang.. Aku kecup lembut kening istriku. Dia menggeliat sebentar, tapi kembali lelap
dalam tidurnya.

Hati-hati aku bangun dari tempat tidur, khawatir membuat istriku terganggu. Aku melangkah ke kamar mandi. Berwudhu. Kemudian sholat. Berkecamuk jiwaku dalam sholat. Aku malu pada Allah. Aku malu pada caraku bersikap di rumah sore ini. Selepas sholat aku memohon ampun padaNya atas sikapku yang berlebihan dan tak mampu menguasai emosi dengan baik. Sesak rasanya dadaku pada munajat. Tetesan air mata kali ini adalah untuk penyesalanku bersikap tak ramah pada istriku.